Langsung ke konten utama

Refleksi pelaksanaan pelatihan upskilling & reskilling Widyaselam Tahun 2024

Pada bulan Mei yang lalu, tepatnya 12-20 Mei 2024, saya dan beberapa kolega dari BPPMPV KPTK dan komunitas selam di Makassar melaksanakan pelatihan dasar selam (open water diving) atau kami sebut sebagai Pelatihan Widyaselam. Pelatihan ini masuk kedalam kerangka program upskilling & reskilling BPPMPV KPTK Tahun 2024. Sehingga, sasaran pelatihan yang kami undang berasal dari komponen guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebenarnya, saya sebagai widyaiswara (sejak 2019) di Balai tersebut telah lama mengajukan pelaksanaan pelatihan ini, namun beberapa tahun sebelumnya tidak kunjung diberikan anggaran untuk pelaksanaannya dengan alasan tidak jelas sasaran guru yang akan dilatih dan skill tersebut (selam) dipandang tidak relevan untuk level guru SMK.

Praktik perairan terbuka Pelatihan Widyaselam BPPMPV KPTK Tahun 2024

Sekilas tentang Pelatihan Widyaselam, pelatihan dilaksanakan di dua lokasi yaitu Hotel Dalton Makassar dan Pulau Barrang Lompo, Makassar. Seperti yang sudah diketahui bahwa praktik pengguanaan peralatan SCUBA (self-contained underwater breathing apparatus) wajib dilakukan di kolam renang (perairan tertutup) sebelum dilakukan di perairan terbuka. Karena, kondisi sarana-prasarana di Balai saat pelatihan ini masih tidak mendukung, maka dari itu kami bermohon kepada koordinator pelatihan agar pelatihan dapat dilaksanakan di Hotel yang bersedia dipakai kolam renangnya untuk kegiatan SCUBA diving. Setelah mendapatkan izin, latihan kolam akhirnya dilaksanakan di kolam Hotel Dalton, dan praktik selam perairan terbuka dilaksanakan di perairan sekitar Pulau Barrang Lompo. Sarana akomodasi yang kami gunakan di Pulau Barrang Lompo adalah Marine Station milik Universitas Hasanuddin.

Pihak industri yang berkolaborasi dengan kami untuk pelatihan ini adalah OK Dive Indonesia, GGI Scuba, Sangkarrang Ocean Dive, serta bergabung juga dosen dari Institut Teknologi dan Bisnis Maritim (ITBM) Balik Diwa sebagai narasumber. Mereka merupakan praktisi selam yang sudah berpengalaman memberikan pelatihan selam baik untuk komunitas maupun perorangan. Sementara itu, sertifikasi selam yang diberikan pada pelatihan ini adalah sertifikasi open water diver dari ADS International. 

Selain pelatihan selam perairan terbuka, kami sisipkan juga materi restorasi terumbu karang yang dipandu langsung oleh tim Sangkarrang Ocean Dive di Pulau Barrang Lompo. Artikel terkait hal ini telah kami publikasikan di laman web Ditjen Pendidikan Vokasi, dapat dibaca ditautan ini https://vokasi.kemdikbud.go.id/read/b/gandeng-praktisi-bppmpv-kptk-latih-guru-kejuruan-konservasi-terumbu-karang.

Pada dasarnya banyak aspek di bidang kelautan yang dapat dikembangkan untuk pendidikan vokasi setingkat SMK. Namun sayangnya, pengembangan program pelatihan oleh BPPMPV KPTK saat ini masih dikotomi oleh spektrum SMK (Keputusan Mendikbudristek 244/M/2024). Seperti yang diketahui bahwa bidang kemaritiman (termasuk dari beberapa spektrum -Kepmen- sebelumnya) terdiri dari program keahlian Teknika Kapal Penangkap Ikan, Nautika Kapal Penangkap Ikan, Teknika Kapal Niaga, dan Nautika Kapal Niaga. Sehingga, program program pelatihan yang selama ini dikembangakan di Balai adalah kebanyakan yang berkaitan erat dengan kurikulum dan kebutuhan program keahlian tersebut. Padahal banyak aspek lain yang sedang berkembang dan sangat dibutuhkah saat ini, beberapa diantaranya seperti konservasi sumberdaya bahari, ekowisata bahari, olahraga bahari/air, dan teknik kepelabuhanan. Aspek-aspek tersebut tidak diakomodir di spektrum SMK, sehingga terkesan tidak diperuntukkan di level SMK.

Peserta Pelatihan Widyaselam 2024 berpose sebelum melakukan sesi latihan kolam

Saya sendiri memiliki latar belakang yang erat kaitannya dengan konservasi sumberdaya laut dan pesisir tropis, menilai ada beberapa aspek yang seharusnya dapat diakomodir oleh lulusan lulusan SMK. Jika boleh memberikan contoh, seperti pemandu wisata selam/snorkeling/tracking hutan bakau, enumerator kondisi terumbu karang/lamun/bakau, ataupun helper/pemandu di aktivitas olahraga bahari seperti mancing, surfing, dan sebagainya. Jika dinilai terlalu berat, masih mungkin diturunkan levelnya di tingkatan asisten.

Kesimpulan dari postingan blog ini adalah masih banyak aspek di bidang kelautan (kemaritiman) yang sebenarnya dapat digali untuk pengembangan kompetensi sumberdaya manusia di Indonesia. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya Pembinaan SMK dapat lebih inovatif dan objektif dalam pengembangan spektrum dan program keahlian di SMK. Sehingga aspek-aspek yang tidak dilirik tersebut dapat berkembang dan mendukung industri bahari nasional di Indonesia. Tentunya pengembangan tersebut juga harus didukung secara fisik dan finansial, serta pendampingan intensif terhadap SMK yang diberikan bantuan, bukan hanya menetapkan dan membuka spektrum tanpa ada tindak lanjut atau pembinaan yang berkelanjutan.

Komentar