Langsung ke konten utama

Hasil monitoring SMK Pusat Keunggulan 2024 di Sulawesi dan Papua Barat

Workshop Finalisasi Analisis Hasil Pendampingan Implementasi Pembelajaran pada Program SMK PK Tahun 2024 oleh BPPMPV KPTK di Novotel Makassar (10-12 November 2024).

Saya berkesempatan menghadiri Workshop Finalisasi Hasil Pendampingan Implementasi Pembelajaran (PIP) SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) di Novotel Makassar pada 10-12 November 2024. Acara ini diselenggarakan oleh instansi dimana saya bekerja (BPPMPV KPTK), dan khusus mendiskusikan hasil dari kegiatan visitasi sebanyak 60 SMK dampingan yang dilakukan oleh tim BPPMPV KPTK. Pendampingan dilakukan pada SMK yang mendapatkan bantuan SMK PK pada Tahun 2024 di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. Namun, hanya 46 SMK (75%) di antaranya yang telah dilaporkan perkembangan program PIP oleh petugas monev sampai kegiatan Workshop selesai.

Workshop ini tidak hanya menjadi ajang diskusi tetapi juga evaluasi, membahas sejauh mana program SMK PK telah berjalan dan dampaknya terhadap pendidikan vokasi di Indonesia.

Berdasarkan data yang telah dilaporkan, SMK PK yang telah di-visitasi setidaknya memiliki bidang-bidang keahlian yaitu Teknologi Manufaktur dan Rekayasa (13 SMK), Agribisnis dan Agriteknologi (11 SMK), Seni dan Ekonomi Kreatif (8 SMK), Energi dan Pertambangan (4 SMK), Teknologi Informasi, Kemaritiman, dan Pariwisata. 

Salah satu poin menarik dari workshop ini dan yang menjadi fokus dalam survey yang dilaksanakan adalah kondisi bahwa setiap SMK sudah berupaya melaksanakan model pembelajaran teaching factory (TEFA), setidaknya pada kelas dan konsentrasi yang mendapatkan bantuan SMK PK. Tentunya masing-masing konsentrasi keahlian lain juga menghadapi tantangan unik dalam adaptasi pembelajaran tersebut. Berdasarkan laporan, sebanyak 21 SMK baru memulai melaksanakan model TEFA dalam setahun terakhir, 15 SMK menjalankannya kurang dari 3 tahun, dan hanya 8 SMK yang sudah memiliki atau melaksanakan model TEFA dengan pengalaman lebih dari 3 tahun. Hal ini menunjukkan dominasi pelaksanaan model TEFA baru dilaksanakan sejak implementasi kurikulum merdeka (sekitar Tahun 2020), bahkan baru dimulai ketika mendapatkan bantuan SMK PK. 

Kendati demikian, dilaporkan juga bahwa kebermanfaatan model TEFA yang dirasakan sejauh ini lebih berfokus pada warga sekolah, sementara dampak bagi masyarakat sekitar masih perlu ditingkatkan.

Pada kegiatan monitoring tersebut, saya sendiri kebetulan mengunjungi SMK PK di dua Kabupaten yaitu Sidenreng Rappang (Sulawesi Selatan) dan Tojo Una Una (Sulawesi Tengah). Salah satu SMK yang saya kujungi yaitu SMKN 1 Sidenreng Rappang, sudah melaksanakan model TEFA sejak Tahun 2017, dimana model TEFA yang dilaksanakan telah berkolaborasi dengan industri ritel yaitu Alfamidi. Pelaksanaan kelas industri dan praktik lapang (magang) dari pihak industri sendiri telah dilaksanakan dengan sinergi yang baik.

Namun, perlu saya soroti bahwa kolaborasi pelaksanaan model TEFA antar konsentrasi keahlian sesungguhnya dapat diperkuat, sehingga kebermanfaatan saran-prasarana pembelajaran model TEFA tidak hanya dirasakan oleh satu konsentrasi keahlian saja. Kolaborasi antar konsentrasi dapat membina keberlanjutan model TEFA yang telah ada dan menjadikan model pembelajaran TEFA yang terintegrasi.


Jumlah SMK PK yang telah melaksanakan model pembelajaran teaching factory di Sulawesi dan Papua Barat, dampingan BPPMPV KPTK Tahun 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini